Salam
para pembaca, tahu istilah "lotus emas?" jika belum tahu cari tahu di
postingan saya kali ini. Nah, kita pasti tahu banyak hal yang rela dilakukan
oleh wanita demi kecantikan mulai dari merias wajah, mengubah model rambut,
mencabut alis mata, menggunakan sepatu hak tinggi yang tidak nyaman hingga
melakukan operasi atau pembedahan pada anggota tubuh mereka.
Jutaan
wanita Cina bahkan melakukan hal yang lebih jauh dan menyakitkan demi
kecantikan yaitu mengikat kaki mereka untuk mengubah bentuknya menjadi lebih
kecil. Tradisi mengikat kaki ini pertama kali dilarang pada tahun 1912, tetapi
masih ada juga yang melakukan tradisi ini baik karena dilakukan oleh orang tua
kepada anaknya yang masih kecil atau karena kemauan sendiri. Korban terakhir
dari penerapan traidisi ini masih tinggal di Liuyicun, sebuah desa di propinsi
Yunnan di China Selatan.
LATAR BELAKANG
Dalam
bahasa Etnis Tionghoa, pengikatan kaki disebut "chanzu", tetapi
banyak juga yang menyebutnya jinlian yang artinya 'bunga lotus emas'. Hal
tersebut disebabkan kaki wanita yang diikat akan menyerupai bunga lotus yang
belum mekar.
Ukuran
kaki wanita ideal bagi mereka adalah bila berukuran kurang lebih 12 cm sampai
15 cm saja. Kaki yang sempurna adalah kaki yang ukurannya 7,5 cm. Kaki tersebut
akan mendapat julukan "sancun jinlian", atau golden lotus atau
teratai emas.
Tidak
ada catatan resmi sejak kapan tradisi ini dimulai, yang ada hanya cerita rakyat
dan legenda yang menceritakan bagaimana tradisi aneh ini dimulai. Ada yang
mengatakan bahwa tradisi ini mulai dikenalkan pada masa Dinasti Tang/Tangchao
(618-907) di abad ke-10. Lalu, mulai menyebar pada zaman Dinasti Song
(960-1297), namun sebatas di kalangan wanita bangsawan.
Tradisi
ini mulai dikenal luas dan diikuti oleh semua lapisan masyarakat pada zaman
Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911) hingga akhirnya mulai
dilarang saat Revolusi Sun Yat Sen pada 1911.
Meskipun
demikian, ada juga kelompok yang menghindari tradisi ini, seperti etnik Manchu
dan Hakka. Mereka menghindari tradisi ini bukan karena alasan kemanusiaan,
melainkan karena mereka kelompok paling miskin dalam kasta sosial Etnis
Tionghoa, sedangkan “mengikat kaki” identik dengan kalangan istana. Akibat
tradisi ini, lebih dari satu milyar wanita Etnis Tionghoa telah menjadi
korbannya.
WANG LIFEN
Wang Lifen |
Seorang
penulis bernama Yang Yang menulis buku tentang wanita yang melakukan tradisi
ini. Salah satu wanita yang diamatinya adalah Wang Lifen. Wang Lifen baru
berusia 7 tahun ketika ibunya mengikat kakinya. Jari kakinya diikat dibawah
telapak kakinya dengan perban. Setelah ibu Wang meninggal, Wang melanjutkan
tradisi ini pada dirinya sendiri hingga jarak antara jari kaki dan tumitnya
semakin dekat. Pada awalnya memang sakit sekali namun lama-kelamaan tidak
terasa sakit lagi.
Setelah
Wang dewasa, ia mendapatkan calon suami. Calon mertua Wang meminta bantuan mak
comblang untuk mencarikan wanita yang kakinya diikat untuk menjadi calon istri
bagi anaknya. Tidak lama setelah Wang dipertemukan dengan calon suaminya mereka
pun segera menikah. Nasib Wang yang kurang beruntung, ternyata suaminya itu
merupakan seorang pecandu ganja.
Kaki Wang Lifen |
PROSES PENGIKATAN
Kaki Yang Diikat dan Kaki Normal |
Sejak
si gadis kecil berusia 2 tahun, proses pengikatan sudah bisa dimulai. Untuk
masyarakat desa, biasanya pengikatan baru dimulai pada usia 13 tahun karena
mereka harus membantu orang tua untuk mengurus sawah dan perkebunan.
Namun, tidak ada yang memulainya di atas usia 13 tahun karena tulang kaki sudah menjadi tulang keras yang sulit dibentuk. Berbeda dengan usia di bawah 13 tahun yang tulang kakinya masih merupakan tulang rawan.
Namun, tidak ada yang memulainya di atas usia 13 tahun karena tulang kaki sudah menjadi tulang keras yang sulit dibentuk. Berbeda dengan usia di bawah 13 tahun yang tulang kakinya masih merupakan tulang rawan.
Adapun
tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
1.
Perendaman
Proses
pengikatan dimulai dengan merendam kaki dengan campuran air panas, darah hewan,
dan berbagai ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk melembutkan kulit.
Namun,
ada juga yang memasukkan kaki ke dalam perut domba. Kemudian, dibiarkan selama
kurang lebih dua jam dengan tujuan yang sama.
2.
Pengikatan
Proses
pengikatan dimulai dengan menyiapkan sepatu berbahan kain merah (simbol
keberuntungan). Panjang sepatu kain tersebut ± 4-7 cm. Pemakaian sepatu ini
harus melalui upacara keagamaan yang dilakukan di musim gugur agar pada musim
dingin nanti kaki menjadi mati rasa.
3.
Pemijatan
Setelah
kaki direndam, proses selanjutnya adalah pemijatan. Kaki dipijat dan digosok
dengan tujuan untuk menghilangkan kulit mati dan untuk mencegah timbulnya
infeksi kuku kaki dipotong sependek mungkin.
4.
Pemberian Tawas
Pemberian
tawas dimaksudkan agar jaringan kulit dan pembuluh darah mengerut. Tawas
disebar di antara jari-jari kaki. Adanya tawas juga dapat mengurangi risiko
pendarahan dan pembusukan akibat keringat.
5.
Pembalutan
Kain
yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dalam darah ataupun ramuan
tumbuh-tumbuhan, sama seperti saat merendam kaki. Saat kain masih basah, segera
balutkan ke empat jari kaki dan lipat ke arah telapak kaki. Kemudian, pembalut
ditarik kearah berlawanan menuju tumit sehingga menekan tumit dan jari-jari
kaki secara bersamaan. Ketika pembalut kering, ikatan kaki akan menjadi semakin
erat.
6.
Penjahitan
Terakhir
adalah proses penjahitan. Kain yang telah membungkus kaki diikat di beberapa
tempat. Maksudnya agar mencegah terurainya kain dan ikatannya.
Setiap
dua atau tiga hari sekali, ikatan akan dibuka, kaki akan dicuci dan dipakaikan
tawas. Kemudian, diikat kembali dengan lebih erat. Agar mendapatkan hasil
sempurna, si gadis kecil dipakaikan sepatu khusus dan dipaksa untuk berjalan
berkeliling.Tradisi yang aneh dan menyakitkan bukan?
DAMPAK
Tidak
sedikit wanita yang menyesal karena telah mengikat kakinya. Dampak yang
disebabkan dari mengikat kaki mereka adalah mereka tidak bisa menari, tidak
dapat bergerak dengan baik.
Wanita
pada masa itu mengikat kakinya dengan kain perban yang panjangnya sekitar 10
kaki. Mereka sulit mencuci kaki, hanya sekali tiap dua minggu sehingga kaki
mereka menjadi bau. Wanita menjadi korban tradisi yang tidak memberikan mereka
pilihan selain menerapkannya.
Dampak Mengikat Kaki |
Sumber Artikel:
http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=8966942
http://idebangga.blogspot.com/2012/11/budaya-asing-foot-binding-tradisi-china.html
Sumber Gambar:
http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=8966942
http://www.google.com
http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=8966942
http://www.google.com
No comments:
Post a Comment